Sabtu, 07 Maret 2015

:Mungkin mereka belum paham"




Suatu ketika saya pernah berkunjung ke sebuah Universitas yang terkenal dengan banyaknya jumlah ADK disana. Saya sangat mengagumi universitas tersebut, dakwah dan hijabnya yang terjaga. Kali ini saya berada disebuah fakultas yang ternama jiwa sosialnya.  Jiwa sosial, tentu saja mereka begitu peka dengan segala hal.

Disudut sana ditengah ramainya kerumunan, terlihat kokohnya tenda disamping pohon akasia. Ya, kawanan jilbab dalam itu tengah sibuk beradu pandang dengan para pembeli, ramai sekali. Tak hanya lihai dalam dakwah, mereka juga kompak dalam perniagaan. Akan tetapi, ada sesuatu yang sangat berkesan menarik kedua bola mata ini.  Saya mencoba menghampiri hendak meminta sebuah alasan.

“Subhanallah, saya begitu bahagia melihat antum/na semua begitu bersemangat dalam perniagaan ini. Akan tetapi diantara ramainya barang dagangan ini ada yang menganggu mata saya”.


“Terimakasih, kalau boleh tahu apa gerangan yang merusak pandangan tuan?”

“Saya begitu mengagumi aktivis dakwah dikampus ini, sangat, sangat mengagumi.. begitu banyak hal yang sangat dipuji dari aktivis dakwah dikampus ini, apalagi himbauan kepedulian mereka terhadap kedzaliman dibumi pertiwi. Tegasnya  ucapan mereka menentang kemungkaran. Begitu besarnya cinta mereka kepada saudara mereka di penjara dunia sana, sehingga tanpa rasa malu mereka mengumpulkan lembaran uang, recehan dan apa saja yang mereka miliki bukti cinta muslim Palestina.

Sorakkan mereka yang menggemparkan dunia, berteriak boikot Israel dan Palestina. Ya, saya masih ingat. Begitu banyaknya para ADK yang begitu antusias meminta dunia untuk memboikot produk-produk bangsa Tirani itu. Namun, mengapa barang dagangan disini rasanya janggal sekali?” (sembari menunjuk barang dagangan aktivis dakwah tersebut).

“Oh, ini. Maaf, kami terpaksa tuan.
Sudah diusahakan, hanya ini yang ada.
Apalagi banyak yang suka”.

Saya hanya terdiam, membalikkan badan dan melangkah pergi dengan sebuah kekecewaan. Sepanjang lambannya langkah kaki, saya memandangi semua barang yang diperdagangkan disepanjang jalan. Tak hanya minuman juga makan ringan.

“Boikot semua!” saya bergumam.

Tapi semua itu tak lebih parah dari apa yang saya temui tadi. ADK saja begini, apalagi mereka...
Dalam dakwah saja begini, apalagi nanti. Hanya demi lembaran uang, nyawa saudara dikorbankan. Masih didalam sangkar, apalagi kalau sudah dilepaskan.

“Ya, gimana lagi.. kita butuh uang!”
“Ya, Cuma itu yang ada!”

 Tak sekedar mengkomsumsi namun juga distribusi, untung ya besar namun semua dari kebathilan. Bukankah dibumi Andalas ini semua orang juga minum Aia? Mengapa harus produk mereka? Alternatif lain kan ada!

 Terkadang disinilah Allah menguji keistiqamahan..

Bagaimana nanti diluar, memiliki mall yang sangat besar dan terkenal. Sudah pasti mereka ikut menjajakan produk mereka, apakah kau kuat untuk menolak.

Bagaimana nanti jikalau engkau membuka warung kecil-kecilan. Apakah kau tahan tak menjual produk mereka? Disini saja engkau masih penuh keraguan, bagaimana nanti???

Coba bayangkan, setiap laba dari perniagaan itu untuk apa mereka gunakan..
Ingat, tajamnya peluru menembus tubuh saudaramu karena ulahmu...
Pikirkan,,,
Apa yang akan kau jawab diakhirat kelak???

ADK saja begini, bagaimana yang lain....
Astagfirullah, saya tersadar..

“Mungkin mereka belum paham!”
walllahu’alam,.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar