Suatu ketika saya pernah
berkunjung ke sebuah Universitas yang terkenal dengan banyaknya jumlah ADK
disana. Saya sangat mengagumi universitas tersebut, dakwah dan hijabnya yang
terjaga. Kali ini saya berada disebuah fakultas yang ternama jiwa
sosialnya. Jiwa sosial, tentu saja
mereka begitu peka dengan segala hal.
Disudut sana ditengah ramainya
kerumunan, terlihat kokohnya tenda disamping pohon akasia. Ya, kawanan jilbab
dalam itu tengah sibuk beradu pandang dengan para pembeli, ramai sekali. Tak
hanya lihai dalam dakwah, mereka juga kompak dalam perniagaan. Akan tetapi, ada
sesuatu yang sangat berkesan menarik kedua bola mata ini. Saya mencoba menghampiri hendak meminta
sebuah alasan.
“Subhanallah, saya begitu bahagia
melihat antum/na semua begitu bersemangat dalam perniagaan ini. Akan tetapi diantara
ramainya barang dagangan ini ada yang menganggu mata saya”.
“Terimakasih, kalau boleh tahu
apa gerangan yang merusak pandangan tuan?”
“Saya begitu mengagumi aktivis
dakwah dikampus ini, sangat, sangat mengagumi.. begitu banyak hal yang sangat
dipuji dari aktivis dakwah dikampus ini, apalagi himbauan kepedulian mereka
terhadap kedzaliman dibumi pertiwi. Tegasnya ucapan mereka menentang kemungkaran. Begitu
besarnya cinta mereka kepada saudara mereka di penjara dunia sana, sehingga
tanpa rasa malu mereka mengumpulkan lembaran uang, recehan dan apa saja yang
mereka miliki bukti cinta muslim Palestina.
Sorakkan mereka yang
menggemparkan dunia, berteriak boikot Israel dan Palestina. Ya, saya masih
ingat. Begitu banyaknya para ADK yang begitu antusias meminta dunia untuk
memboikot produk-produk bangsa Tirani itu. Namun, mengapa barang dagangan
disini rasanya janggal sekali?” (sembari menunjuk barang dagangan aktivis
dakwah tersebut).
“Oh, ini. Maaf, kami terpaksa
tuan.
Sudah diusahakan, hanya ini yang
ada.
Apalagi banyak yang suka”.
Saya hanya terdiam, membalikkan
badan dan melangkah pergi dengan sebuah kekecewaan. Sepanjang lambannya langkah
kaki, saya memandangi semua barang yang diperdagangkan disepanjang jalan. Tak
hanya minuman juga makan ringan.
“Boikot semua!” saya bergumam.
Tapi semua itu tak lebih parah
dari apa yang saya temui tadi. ADK saja begini, apalagi mereka...
Dalam dakwah saja begini, apalagi
nanti. Hanya demi lembaran uang, nyawa saudara dikorbankan. Masih didalam
sangkar, apalagi kalau sudah dilepaskan.
“Ya, gimana lagi.. kita butuh
uang!”
“Ya, Cuma itu yang ada!”
Tak sekedar mengkomsumsi namun juga distribusi,
untung ya besar namun semua dari kebathilan. Bukankah dibumi Andalas ini semua
orang juga minum Aia? Mengapa harus produk mereka? Alternatif lain kan ada!
Terkadang disinilah Allah menguji
keistiqamahan..
Bagaimana nanti diluar, memiliki
mall yang sangat besar dan terkenal. Sudah pasti mereka ikut menjajakan produk
mereka, apakah kau kuat untuk menolak.
Bagaimana nanti jikalau engkau
membuka warung kecil-kecilan. Apakah kau tahan tak menjual produk mereka?
Disini saja engkau masih penuh keraguan, bagaimana nanti???
Coba bayangkan, setiap laba dari
perniagaan itu untuk apa mereka gunakan..
Ingat, tajamnya peluru menembus
tubuh saudaramu karena ulahmu...
Pikirkan,,,
Apa yang akan kau jawab diakhirat
kelak???
ADK saja begini, bagaimana yang
lain....
Astagfirullah, saya tersadar..
“Mungkin mereka belum paham!”
walllahu’alam,.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar